Segitiga Maslow; Ketika Mimpi Bertabrakan dengan Kebutuhan


Beberapa waktu lalu, kawan saya curhat tentang kegalauannya antara memperjuangkan mimpi dan menyenangkan hati orang yang disayangi, orang tua dan pasangan. Dia cerita panjang kali lebar kali tinggi sama dengan volume.

Berawal dari cita-citanya nan mulia ingin menjadi seorang pebisnis sekaligus penulis (kok sama ya cita-citanya sama saya, jangan-jangan dia niru hehehe). Beberapa bulan lalu dia membuat keputusan yang yaah menurut sebagian orang mungkin dirasa kurang bijak, resign dari kantor tempatnya bekerja selama bertahun-tahun. Tujuannya, mengikuti passion, mau pindah kuadran menjadi seorang self-employee, fokus menekuni bisnis yang sudah dirintisnya sejak berstatus karyawan.

Lalu apa yang terjadi? Seperti cerita kebanyakan (cerita saya juga sebenernya), bisnisnya tak semulus paha Cherrybelle atau sekinclong jidatnya Syahrini. Dia mulai kepayahan sementara tak ada lagi gaji bulanan. Sedangkan kebutuhan hidup tak bisa diberi jawaban, "nanti dulu ya, tunggu bisnis gue lancar". Kemudian masalah muncul, kesehatannya menurun, orang tuanya mulai gelisah dan pasanganya pun ikutan gundah.

"Mak, aku harus gimana ini? Orang tuaku menyarankan untuk ngantor lagi. Malahan uda direferensikan ke kantor temannya"

"Lalu?" Saya nanya dengan gaya manja ala ala princess Syahroni.

"Kemarin uda konsultasi sama teman yang psikolog, malah ditanyain tentang passion dan dikasih segitiga Maslow"

"Seperti ituuh?" Masih dengan gaya manja ala princess Syahroni. Padahal saya penasaran sama Mas Mas yang selow itu. Belum kenalan soalnya. Omaigat, dia sudah curhat sama psikolog. Ngapain curhat lagi sama saya yang bukan siapa-siapa? Belum tentu saya bisa ngasih solusi.

"Iya, dia bilang selama dua kebutuhan dasarmu belum tercukupi, kamu akan sulit maju meraih cita-cita sesuai passionmu"

Lalu dia pun memberikan diagram berbentuk segitiga punyanya Maslow itu tadi. Seperti ini bentuknya;


Setelah mempelajari diagram itu dan sedikit gugling (ceilee dicurhatin teman aja saya pake acara riset segala), saya bisa menarik kesimpulan seperti ini.

Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow:
  1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling mendasar dan sangat penting untuk bertahan hidup. Diantaranya adalah kebutuhan udara, air, makanan, tidur, dll.
  2. Ketika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan akan keamanan.
  3. Kebutuhan akan rasa dimiliki dan diterima, apakah datang dari kelompok sosial yang luas (kelompok, kantor, perkumpulan keagamaan, organisasi profesional, tim olahraga, geng, dll.) atau koneksi sosial yang kecil (anggota keluarga, pasangan, mentor, teman kuliah, sahabat karib). 
  4. Kebutuhan akan penghargaan, menghargai diri sendiri, dan juga menghargai orang lain.
  5. kebutuhan akan aktualisasi diri, yakni kebutuhan naluriah manusia untuk memanfaatkan kemampuan mereka yang unik dan berusaha menjadi yang terbaik

Saya baru paham maksudnya. Kita tidak bisa memaksakan untuk memenuhi kebutuhan akan aktualisasi diri ketika dua kebutuhan dasar (fisiologis dan keamanan) belum terpenuhi. Perut yang lapar tidak butuh penghiburan atau pun penjelasan, ia hanya butuh diisi makanan. Disinilah  seringkali perang batin itu dimulai. Ketika mimpi dengan segala idealismenya harus bertabrakan dengan yang namanya kebutuhan. Harus memilih yang mana? Pilihannya tak jarang harus mengorbankan passion akan aktualisasi diri. Disini bukan berarti harus membunuh mimpi atau pun melupakan passion ya, tidak seperti itu kawan. Ini hanya masalah prioritas. Akan sangat baik jika passion-mu itu bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhanmu. Jika tidak, kamu harus berpikir dua, tiga bahkan sepuluh kali, mana yang lebih penting? Maka berbahagialah orang yang bisa hidup dan mencari penghidupan sesuai dengan passionnya.

Kembali ke curhatan tadi  "Ya, kamu tau kan cita-citaku? Masak iya harus mundur lagi. Balik lagi jadi pegawai kantoran"

Eewww, ini nih yang bikin salah kaprah. Emang apa jeleknya jadi pegawai kantoran? Bagi saya, tidak ada itu yang namanya pengkasta-kastaan antara pegawai dan wiraswasta. Semuanya sama-sama punya kontribusi salam porsi masing-masing. Bekerja itu yang penting mencari barokahnya, bukan kerennya. Pegawai yang sukses ada banyak. Pengusaha yang gagal juga banyak.

Sebenarnya kawan saya ini sudah mengerti jawabannya. Dia juga paham betul mengenai konsep sepasang bidadari yang kasih dan ridlonya sangat berpengaruh terhadap kesuksesan hidup; orang tua dan pasangan.

Akhirnya dia pun bisa mengambil kesimpulan sendiri dan menentukan langkahnya. Kan... ujung-ujungnya saya tidak perlu memberi solusi atas kegalauannya. Malah saya yang dapat pencerahan dikenalin sama Maslow. Kadang, kalau dicurhatin itu cukuplah jadi pendengar yang baik dan sediakan bahu untuk bersandar, sama tissue sekalian bila perlu, maka semuanya akan membaik dengan sendirinya.

#30DWC #Day7

Tantepreneur

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com